Berjalan

Selasa, 9 Oktober 2012

00:16

Kuimpikan kau dengan perjalanan panjang yang kita lalui bersama. Melangkahkan kaki-kaki kecil ini ke luar angkasa. Tempat orang asing sibuk mengurusi masing-masing, tidak peduli dengan kehadiran kita. Mungkin karena mereka harus menunduk terlebih dulu sebelum menyadari ada dua manusia dengan ukuran setengahnya yang tertubruk dan terseok olehnya.

Haha, bodohnya, dengan bangga kita menyebut diri pasangan kurcaci. Masih ingatkah kamu ketika kita sedang menikmati senja – yang selalu kita suka – di taman terbaik dengan pohon secukupnya, bunga bermekaran, rumput teletubies dan kupu-kupu menari meminta perhatian? Di sudut kampus yang kita habiskan waktu untuk deadline yang membunuh? Kau ceritakan impianmu untuk memiliki pasangan yang tinggi agar bisa memperbaiki keturunan, katamu. Tapi ketika kuungkapkan perasaan yang wajar dari laki-laki untuk perempuan, mengapa kau tidak menolak malah justru mengajak mengucap janji?

“Aku nggak cukup tinggi untuk memperbaiki keturunan, sesuai keinginanmu.”

“Tapi kita sama tinggi untuk bisa berjalan sejajar tanpa harus ada yang mendongak atau menunduk, kan?”

Kau menggamit tanganku. Berjalan dan terus berjalan. Di Negara suhu minus seperti ini, kita harus tetap berjalan agar selalu hangat.

“Mau mati kedinginan lagi?” Kau melirik jenaka.

Baiklah, aku menyerah untuk urusan survival. Kau selamatkan nyawaku yang hipotermia di puncak abadi para dewa, ketika satu minggu kita menghilang dari progress studio.

Ah, mengenang masa muda memang menyenangkan. Saat kau dan aku berjalan melewati koridor kampus dengan konsol merahnya yang berkonstruksi aneh. Semua teman kampus bahkan ibuk kantin sekalipun menyoraki kita. Kau … hanya tersenyum malu, tersipu. Dan itu lucu.

Tahukah? Aku berdoa, ketika itu, agar kita selalu berjalan bersama, dengan kecepatan sama, dan berhenti di waktu bersamaan. Dan kita kini telah sampai di stasiun tersibuk di dunia. Tempat kereta membawa kita ke destinasi selanjutnya.

3 jam lagi…

Kusandarkan punggungku di bangku berlambang matador. Kau rebahkan tubuh menggigilmu di atas pangkuanku. Sebenarnya aku bukan pria romantis seperti kisah roman picisan sinetron berlebihan itu. Tapi bagaimana bisa kubiarkan tubuhku dibungkus 5 lapis sementara kau mengigau kedinginan?

Seringkah kamu bertanya, kita disatukan untuk saling menguatkan, ya? Yang memberikan energy untuk melangkahkan kaki lagi, berjalan seiring – bukan saling menggiring – menuju tempat dimana hati berada?

Terkadang aku berharap ini bukan hanya sekedar mimpi yang menguras waktuku mengerjakan poster dan maket display kantin besok kamis.

 no offense yaa. but thanks for the inspiration :D

2 thoughts on “Berjalan

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s