Pagi ini saya dan Mbak Mama memimpikan toko kue sederhana yang kami kelola bersama. Dengan suara lonceng berdering ketika pintu dibuka oleh pelanggan setia. Kami berikan kue favoritnya tanpa diminta. “Buat ngganjal perut nih, nggak sempat sarapan.” katanya sambil tersenyum berlalu. Di sudut keramaian kota, berlalu lalang orang untuk pergi ke kantor maupun sekolah. Tak sedikit dari mereka yang menengok ke toko kami, tersenyum dan berhenti sejenak. Lonceng kami kembali berbunyi. Gadis kecil berambut kriting dengan gaun merah muda dan pita yang melingkari kepalanya merengek-rengek meminta melted chocolate cake. Kue yang menjadi andalan kami. Ibunya memasang muka tidak setuju. Lalu sebelum mereka pergi, kami sisipkan kue itu di kantong si gadis kecil. Ia tersenyum dan berkata “terima kasih”
Adakah yang lebih menyenangkan dari kepuasan pelanggan? Wajah-wajah asing yang tergerak untuk mengunjungi toko kue kami. Dan kemudian menjadi rutinitas yang tidak bisa dilewatkan. Ketika kami hafal kue favorit tiap pelanggan. Semangat membuat inovasi baru saat mereka bertanya, “ada menu baru apa mbak?”. Tidak pernah toko kami ramai sesak pengunjung. Hanya pelanggan silih berganti datang dan pergi dari pagi hari hingga petang menjelang.
Di toko kue sederhana dengan dinding kayu dan jendela kaca yang meniupkan semilir angin kedalam. Kotak-kotak yang berisi berbagai varian kue tersusun rapi di ujung ruangan. Sementara di sisi lainnya tertata meja dan kursi kecil dengan bunga tulip sebagai hiasan. Untuk para pengunjung yang sekedar menunggu atau menikmati kue yang kami jajakan. Tidak ada karyawan yang berdiri mengawasi dan mengintimidasi karena hanya saya dan Mbak Mama serta beberapa karyawan untuk mengurus semuanya.
Ah, suatu hari nanti :’)
kyaaaaaaaaaa! tulisannya ijah keren <3