Adakalanya stalking orang membuat pikiran menjadi terbuka. Bagai tidak mau ketinggalan berita saya buka twitter lalu scroll timeline sampai kebawah. Lalu terhenti saat ada tweet dari Suva yang men-share sebuah link dari kaskus. Pada mulanya saya kira tentang makanan karena dipost beberapa saat sebelum buka puasa. Ternyata isinya adalah ….
Beginilah Seharusnya Perempuan Muslimah Berjilbab
Dyar! Rasanya mau langsung close tab. Tapi, ah manusia macam apa ini malah tutup mata dengan hal-hal yang baik. Yasudah, kemudian saya klik tombol show. Yaksip kesindir.
Membaca tulisan dan mendengar seluk beluk mengenai jilbab bukan hal baru bagi saya sebenarnya. Apalagi hidup bersama lingkungan keluarga besar yang hmm apa istilahnya … ukhiti-ukhti, assalamualaikum, Islami, whatever you name it lah. Tidak terlalu juga sih. Tapi rok atau celana longgar, baju panjang, kerudung lebar adalah busana yang biasa mereka kenakan. Iya, mereka yang memakainya. Hanya saya saja yang agak menyimpang. Bahkan kakak angkatan SMA juga bilang begitu -_-
Sebelum baca threat dari kaskus itu orang rumah sudah sering komentar tentang celana yang biasa saya pakai. Ibuk yang selalu pakai rok dan mbak Mama mulai sering memakainya juga mempengaruhi Bapak dan Masupi. Bahkan merekapun pernah beberapa kali menyuruh saya pakai rok atau setidaknya pakai baju yang menutupi pantat. Sering mengejek kain yang biasa saya pakai untuk menutup kepala sebagai saringan tahu. Tipis dan membuat rambut keluar-keluar.
Saya semacam sedang mengalami perang. Pengen sih, tapi… Tapi apa? Saya pun tidak tahu mengapa masih begini-begini saja. Semacam ada rasa takut, malu, atau belum siap menerima komentar. Iya, saya bukan tipe orang dengan kepercayaan diri yang tinggi.
Kemudian melihat teman sepermainan yang mulai berbenah dalam berpakaian. Dengan kerudung yang selalu menempel di kepala dan membiarkannya terjurai panjang untuk menutupi dada, menggunakannya double supaya tidak transparan. Baju longgar menghindari lekuk tubuh. Beberapa bahkan ada yang sudah konsisten menggunakan rok dan kaos kaki.
Saya selalu kagum dengan mereka yang berani membuat perubahan.
Lalu tunggu apa lagi? Hidayah tidak seperti jalangkung yang bisa datang sendiri. Ia perlu dijemput untuk mendapatkannya. Sementara kesiapan sepenuh hati tidak akan pernah ada. Hanyalah langkah berani yang bisa membebaskannya.
Disebut apakah ini jika mengetahui tentang kebaikan tetapi tidak dilaksanakan.
lalu teringat foto yang gagal upload karena kerudung tidak bener :’)
:’) iya Jah, yg syar’i itu yg baik gt
adhem ya ngeliat mbak mbak yg gt klo sekarang kuliah baru tau
kmren jg bincang2 sama mas-mas yg “baik” gt emang mereka tau juga seperti apa jilbab yg baik, hhuhu “disebut apakah jika mengetahui kebaikan tapi tidak dilaksanakan”
disebut apa juga sudah ingin tapi menunda karena alasan duniawi :”
Ijaaaaahhhh huaaaaaaa😭😭😭😭😭 aku juga kayak gitu :”
aaa, terus kudu piye iki? ._.