Hukum III Newton

Akhirnya aku merasakan menjadi kamu. Patah dan pecah.

September 2013

Ada yang mengetuk pintu rumah. Berjalan gontai setengah sadar aku beranjak dari kasur. Mataku masih belum jelas menangkap bayangan di balik pintu. Ternyata kamu datang dengan berbagai jenis bunga yang diikat oleh pancaran rona bahagia dari wajahmu.

“Ngapain bawa gituan segala?”

“Kayaknya aku suka sama ….” Kamu membisikkan nama yang sudah akrab di telinga.

“Haah? Trus?”

“Enaknya aku gimana yaa?”

“Ya terserah, nggak ngerti. Kamu nanya ke orang yang nggak punya pengalaman apa-apa tentang begituan. Lucu.”

Seperti biasa, tanpa mengucap salam kamu melenggang pergi.

“HEEH DIMANAA? NGAPAIN SIH DIA MALAH GITUU. Nggak paham -_-“

“Apa lagi siih? Masih di kampus nih, belum kelar”

“Ke kosanku deh”

“Kenapa? Tadi kayaknya …. Loh kok jadi gini?” Kumasuki ruangan 2.5×2.5 meter dengan dinding penuh lukisan, dengan aroma kamar yang menempel hingga pakaian dan tubuhmu.

Kamu menghambur memelukku erat seakan tidak akan terlepaskan. Tangismu mengerang untuk melepaskan semua beban.

“Udah ah, jangan nangis lagi. Cari penggantinya aja yaa.”

“Nggak mau. Nggak ada yang bisa nggantiin.” Suaramu terputus air mata yang deras mengalir membasahi pipi.

Desember 2013

Kamu membaca kembali buku harian yang setiap hari terisi penuh oleh cerita dan pengalaman. Kita menjadi dekat dan lekat, melewati berbagai hal bersama. Bahagia, tentu saja. Tapi aku takut. Takut jika pepatah jawa itu terbukti: Witing tresno jalaran seko kulino. Aku juga takut jika suatu saat tidak ada lagi kamu yang mengisi hari-hariku.

April 2014

Maka benar jika Tuhan mampu membolak-balikkan hati. Tanpa alasan yang jelas, berkomunikasi menjadi sulit. Aku, untuk pertama kalinya membuka hati lalu percaya dan mengunggu dengan harap. Kamu yang dulu pernah mengatakan jika lelah berganti-ganti pasangan dan setelah ini tidak akan dengan siapa-siapa lagi. Karena aku hanyalah tempat pelarian yang tidak nyaman. Karena kini kamu telah menemukan tempat berhenti yang lebih baik.

Bisa apa?

Teori Isaac Newton terbukti. Bahwa jika ada aksi maka akan ada reaksi. Begitulah cara kerja semesta.

Sejak awal aku memang sudah salah. Lalu kini aku seperti mengulang kembali kejadian yang pernah kamu alami. Luka menganga yang ditaburi perasan jeruk nipis: perih.

 

while listening to Yiruma‘s piano instrumental

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s