Fleksibel

Ketika kuliah Teknik Komunikasi Arsitektur (TKA), Pak Mario –dosen favorit memanggil beberapa mahasiswa, termasuk saya untuk maju. Kami kebingungan mengapa diminta untuk duduk di depan secara berjajar dan menghadap teman-teman lain. Lalu beliau mengajukan pertanyaan tabu bagi mahasiswa tingkat akhir.

“Rencana lulus kapan?”

“Setelah lulus mau apa?”

“Hal yang perlu dipersiapkan apa?”

Dalam batin saya menjawab, “Besok saya mau apa juga nggak tau, pak…” Ya tapi mosok saya menjawab seperti itu kan nggak keren. Teman-teman yang tidak ikut duduk di depan membantu saya menjawab dengan teriak-teriak, “Nikah paak. Sama yang ituu.” Tapi yang keluar dari mulut saya adalah ,

“Saya mau lulus 2 tahun lagi, pak. Mau magang atau exchange dulu. Lalu setelah lulus ingin ikut Indonesia Mengajar atau bekerja di biro kepenulisan Arsitektur.”

Teman-teman ada yang tertawa kecil, Pak Mario menganga. Benar-benar menganga. Saya dipersilakan duduk kembali kemudian beliau menjelaskan materi kuliah tentang membuat portofolio. Sesampainya di kursi, sahabat saya yang duduk di sebelah segera konfirmasi, “Serius mau gitu?” Saya meliriknya sambil tersenyum, “Cuma asal ngomong aja.” Padahal ya pikiran kalut ketika menjawab.

Selanjutnya, saya lupa dengan ‘rencana’ itu hingga kemudian patah hati. Ingin melihat hal selain drama, saya rajin meneliti website OIA untuk apply exchange dan gagal dalam 2 periode yang berbeda. Ada tawaran magang yang agak melenceng dari perkuliahan, sayapun memasukkan lamaran dan diterima. Ketika pikiran mulai jernih, teringat kembali kejadian ketika kuliah TKA itu: loh, ini kan sejalan dengan apa saya katakan dulu.

Ajaib kalau memikirkan bagaimana kehidupan berjalan. Dulu suka melakukan apa lalu lupa kemudian sekarang kembali menggeluti. Ketika SD saya pernah bikin bentuk jerapah dari kardus Dancow bekas untuk dilombakan, sekarang pakai dompet dari bungkus sabun cuci. Dulu suka gambar lalu hilang percaya diri sekarang iseng corat-coret lagi. Atau dulu keceplosan bilang sesuatu eeh kejadian beneran. Malah bisa jadi, dulu yang anti banget sekarang jadi suka. Dulu yang anak outdoor menyapa sana sini, sekarang lebih milih ngrungkel di atas kasur. Pernah jadi LO acara untuk Pemda sebelah yagitudeh, sekarang malah nyemplung.

Jadi ingat ketika KKN sharing dengan Geng Ukhty, ada yang bilang kalau penting untuk punya target tahun ini mau ngapain, nikah kapan, bahkan sampai sekian puluh tahun lagi mau apa. Tapi saya selo-selo aja. Tidak perlu ngoyo. Tetep ada cita-cita untuk melakukan ini itu anu bahkan sampai bingung mau mana dulu yang dikerjakan. Tapi toh pada akhirnya jika tidak memungkinkan atau ada hal lain yang lebih prioritas atau Allah berkata “tidak” “nanti yaa” “nih ada yang lebih baik untukmu” bagaimana?

Hidup itu seperti tarik ulur. Ada kalanya harus gaspol usaha doa, sambil juga setel kendor berserah manut sama jalan-Nya. Oke, saya menulis kalimat tadi berasa simbah-simbah yang sudah memakan banyak asam garam naik turun kehidupan. Padahal menjalaninya ya Rabbiii susah kuingin menyerah. Tau harus ini itu anu tapi saya sedang dalam posisi nyaman malas bergerak padahal sebentar lagi meledak. Hey, tapi coba deh sharing ke teman atau orang yang kamu percaya bisa menampung uneg-uneg. Niscaya beban akan sedikit berkurang.

Quote pamungkas dari Fikrian Rafika Dewi, “Membanding-bandingkan ki awal mula nggak yakin dan nggak bersyukur”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s