Aku terbangun oleh handphone yang bergetar. Kucari-cari benda kecil hitam dengan layar 2×3 centimeter itu.
“Ijaahh.” Kubaca pesan singkat yang kamu kirim. Dalam kepalaku melayang wajahmu di seberang sana. Tumben belum tidur? Apa yang membuatmu begitu hingga mengirimkan pesan terlalu singkat dan sulit dimengerti? Aku akui terkadang ada beberapa hal yang memang tak terucap. Hanya memanggil nama dan memeluk seseorang tersayang saja sudah cukup melegakan.
“Jangan buang waktu. Masih banyak yang harus dilakukan.” Katamu setelah membuat timeline akhir tahun yang dipenuhi deadline.
“Let’s done this. Hanya pengecut yang menyerah. Bersyukur aja deh yaa ada banyak kegiatan yang dijalani. Percayalah segala hal yang terjadi pasti memiliki arti.” Pelukanmu terasa hangat, belaianmu menguatkan. Bertatap penuh makna, kita tersenyum berjanji akan menyelesaikan ini dengan maksimal.
Aku terbangun di atas kursi ruang tamu. Masih berpakaian sehari kemarin, lengkap dengan kerudung dan jaket gelap yang sedikit basah karena hujan. Ada tas yang tergeletak di lantai, ada laptop yang sudah mati lagi karena pemiliknya kelelahan.