2021 review

Setelah menonton Weekly Vlog 00:44 milik Pandji, saya ingin segera menyelesaikan tulisan ini.

Review 2021 kali ini, saya akan menjawab pertanyaan dari unggahannya @beradadisini di Instagram.

What are some of the most memorable things that happened to me last year?

Sabtu, 14 Agustus 2021 sore, saya sedang rebahan sambil bermain ponsel ketika Bulik menelpon. Belum sempat saya angkat, dering sudah berhenti. Seketika jantung saya berdebar sangat kencang mengingat Bulik sedang terbaring di rumah sakit karena Covid-19. Pikiran saya melayang-layang. Dering ponsel lain berbunyi. “Oh, Ibu tidak membawa handphone.”, batinku. Setelah memencet tombol hijau, dari seberang sana Bulik menyampaikan, “dek, butuh donor plasma”, katanya sambil terengah-engah karena harus mengatur nafas. Kali ini dada saya seperti disiram air panas. Saya menjawab,”Iya, ini dicarikan. Bapak sama Ibu sedang pergi, nanti taksampaikan.” Telpon ditutup. Saya menangis sambil menulis pesan di grup whatsapp. Semenjak itu, saya tidak bisa berpikir jernih.

Hampir 2 minggu berselang, Bulik sudah boleh pindah ke bangsal umum. Sambil mengantar Ibu untuk bergantian menunggu Bulik, saya dan sepupu berkesempatan bertemu. Kami bercanda. Bulik menceritakan bagaimana dulu ia mengasuh saya sejak lahir. “Pinjem Ibu dulu ya, dek” kata Bulik. Keesokan harinya, suasana rumah hening. Saya dan bapak banyak berkutat dengan ponsel sambil berkomunikasi dengan Ibu. Ketika maghrib bapak masih di masjid, Ibu menelpon. “Adek, Mbak Ismi nggak ada. Cepet kesini.”  Tangisnya pecah. Saya hanya menjawab, “Ya. Oke”.

What are some of the most challenging things for me last year?

Membaca ulang review tahunan sebelumnya, saya tersenyum sambil ngepuk-puk diri sendiri. Wacana untuk resign yang sudah ada sejak tahun 2018 akhirnya terwujud di tahun 2021. Ini bukan keputusan yang mudah karena bisa dibilang saya nekat. Jika ditanya mengapa mengambil keputusan ini, saya kesulitan untuk menjawab dengan satu alasan.

Oh sebentar. Resign bukan istilah yang tepat. Karena saya pegawai kontrak tahunan, istilah tidak memperpanjang kontrak terasa lebih cocok. Tapi marilah kita pakai istilah resign saja.

Masih teringat ketika ikut rapat evaluasi bulanan di tahun 2018, setelah pembicaraan yang panjang, pemimpin rapat mendorong kami –para pegawai kontrak untuk mencari kesempatan bekerja di tempat lain yang lebih baik. Saya yang ketika itu masih cupu, terbuka pikirannya dengan berbagai kemungkinan yang ada. Sejak saat itu, saya berpikiran ibarat hewan yang bergelantungan. Dia akan melepas pegangan di satu dahan, jika tangan lain sudah menggapai dahan berikutnya. Tahun demi tahun, saya tidak mendapatkan dahan selanjutnya untuk dipegang.

Sampai akhirnya di tahun 2021, pikiran saya banyak bertengkar. Pekerjaan ini nyaman loh, kamu sudah tau ritmenya. Ini juga pekerjaan yang terbukti tidak goyah diterpa Covid-19, tapi rawan goyah karena status pegawai kontrak. Di saat yang bersamaan, sayapun merasa semakin loyo melakukan pekerjaan kantor, mati rasa dan jadi robot aja gitu. Gimana? Mau selamanya bekerja di sini atau mau mencari tantangan baru?

Katanya, menulislah jika pikiran sedang ruwet. Saya tuliskan hal-hal positif, negatif beserta ketakutan yang menghantui. Apakah saya akan baik-baik saja setelah ini dan berbagai bagaimana jika begini bagaimana jika begitu. Katanya lagi, kalau itu yang bikin kita takut, itulah yang dikejar.

So, good job, jah for being so brave taking this decision.

What are the things form last year that I want to do more this year? What are some of the things I am curious about/interested in?

Di kepala ini banyak bersliweran ide-ide membuat project dan belajar hal-hal baru. Semoga bisa tekun dan gigih menjalani yaa di tahun 2022 ini.

What are the things from last year that I want to do less this year? What are some of the things I want to let go/stop doing?

Pesimis, nggak pede, nggak menghargai diri sendiri. Ayok jah, don’t be too hard on yourself.

Which role I would love to take this year, and which role I wouldn’t mind taking?

I don’t mind for not being in the spotlight all the time. Saya suka menjadi cheerleader hidup orang.

Who are the people that helped me make last year fun, enjoyable, memorable, or bearable?

Di awal tahun, kami mendapatkan  pegawai kontrak baru, namanya Salma. Dari pertama kali masuk ruangan, saya sudah terpana. She is one of a kind. Sat set, cepat belajar. Dari tempat saya duduk, saya sering melihat Salma mencatat berbagai hal. Di waktu senggang, ia browsing tentang topik arkeologi.

Pada suatu waktu ketika ada tugas keluar berdua, kami mengobrol banyak mengenai pekerjaan dan rencana-rencana ke depan. Ia menceritakan tentang kegelisahannya, sayapun mengamini. Beberapa bulan kemudian, ia menyampaikan kalau diterima S2 di beberapa negara di Eropa. Good for her! Walaupun hanya 8 bulan kami bekerja bersama, Salma punya andil yang besar di hidup saya. Ia menyadarkan banyak hal terutama tentang nilai-nilai hidup yang tanpa sadar telah saya tinggalkan.

From a gentle heart, what advise would I give my future self to face 2022?

Halo, jah! Setelah 5 tahun hidup dengan rutinitas yang sama, di tahun 2022 ini mulai dari nol lagi semuanya. Take your time to figure things out. Di tahun ini juga akan belajar banyak hal yang mungkin membuat tidak nyaman. Rasakan dan rayakan setiap momen yang dilalui. Kamu akan baik-baik aja.  

Akhirnya jadi juga! Lumayan susah yaa untuk melihat ke dalam diri sendiri lalu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Terima kasih sudah membaca sekelumit tentang hidupku.

Leave a comment